Minggu, 21 April 2013

KERANGKA KARANGAN


A.     Pengertian Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.



B.      Manfaat Kerangka Karangan

Adapun manfaat kerangka karangan secara umum adalah untuk menyusun karangan secara teratur. Selain itu ada beberapa manfaat kerangka karangan, antara lain :

a.    Mempermudah pembahasan tulisan.

b.    Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.

c.    Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.

d.   Memudahkan penulis mencari materi tambahan.

e.    Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

f.     Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.

Dengan adanya kerangka karangan, penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai butir-butir bahasan yang ada dalam kerangka karangannya. Kerangka karangan merupakan miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini, karangan tersebut dapat diteliti, dianalisi, dan dipertimbangkan secara menyeluruh.



C.      Syarat-syarat Kerangka Karangan yang Baik

     Adapun syarat-syarat kerangka karangan yang baik antara lain :

a.    Pengungkapan maksudnya harus jelas.

b.    Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.

c.    Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.

d.   Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten. 



D.  Macam-macam Susunan Kerangka Karangan

      Ada beberapa macam-macam susunan kerangka karangan , antara lain :

1.      Alamiah

Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan nyata di alam. Oleh karena itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :

a)      Berdasarkan urutan ruang.

Topik yang diuraikan berkaitan erat dengan ruang / tempat : dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, urutan geografis.

Contoh a :

Topik : Banjir.

Tujuan : Untuk mengetahui lokasi banjir.

Tema : Beberapa lokasi banjir di dunia.

I.  BANJIR YANG TERJADI DI LUAR INDONESIA

      A. Banjir di Asia

                              1. Banjir di China.

                  2. Banjir di Taiwan.

  B. Banjir di Eropa

                              1. Banjir di Belanda.

                              2. Banjir di Inggris.

II. BANJIR YANG TERJADI DI INDONESIA.

A. Banjir di Pulau Jawa

    1. Banjir di DKI Jakarta.

    2. Banjir di Pacitan.

B. Banjir di luar Pulau Jawa

   1. Banjir di Papua Barat.

   2. Banjir di Padang.

b)      Berdasarkan urutan waktu.

Bahan-bahan ditulis berdasar tahap kejadian. Setiap peristiwa hanya menjadi penting dalam hubungannya dengan yang lain.

Contoh b :

Topik: masyarakat

Tujuan: untuk mengetahui perkembangan masyarakat

Tema: Perkembangan masyarakat  dari zaman ke zaman.

I.  MASYARAKAT PEMBURU DAN PERAMU

     A. Masyarakat Pemburu dan Peramu di Dunia

     B. Masyarakat Pemburu dan Peramu di Indonesia

        1. Di Irian

        2. Di Kepulauan Mentawai

II.  MASYARAKAT PETANI DAN PETERNAK

     A. Masyarakat Petani  dan Peramu di Dunia

     B. Masyarakat Petani dan Peternak di Indonesia

         1. Masyarakat petani di Pulau Jawa

         2. Masyarakat peternak di Nusa TenggaraTimur

III. MASYARAKAT INDUSTRI

     A. Masyarakat Industri Modern

     B. Masyarakat Industri Canggih



c)      Berdasarkan urutan topic yang ada.

Bagian-bagian diterangkan tanpa memasalahkan mana yang penting. Misal, laporan keuangan : pemasukan dan pengeluaran, bagian-bagian dalam sebuah lembaga, dll.

Contoh c :

Topik: Hutan

Tujuan: Untuk mengetahui pemanfaatan hutan

Tema: Pemanfaatan hutan.

I. MANFAAT HUTAN SECARA ALAMIAH

    A. Mencegah Erosi

    B. Mengurangi Polusi

       1. Polusi Udara

       2. Polusi Suara

      C. Sebagai Hutan Lindung

II. MANFAAT HUTAN SECARA EKONOMIS

   A. Hutan Tanaman Industri

   B. Hutan untuk Rekreasi

   C. Hutan untuk Penelitian



2.      Logis

Merupakan unit-unit karangan berurutan sesuai pendekatan logika / pola pikir manusia. Untuk susunan logis, dibagi berdasarkan :

a)      Klimaks-Anti klimaks

Anggapan bahwa posisi tertentu dari sebuah rangkaian merupakan posisi yang paling penting. Terdiri dari dua :

1.      Urutan klimaks = yang penting di akhir.

2.      Urutan antiklimaks = yang penting di awal.

Model ini hanya efektif untuk menguraikan sesuatu yang berhubungan dengan hirarki misalnya urutan pemerintahan.

Contoh a:

Topik: Banjir

Tujuan: Untuk mengetahui akibat banjir

Tema: Banjir dan akibatnya

I. MUSIM PENGHUJAN MULAI

II.PENGGUNDULAN HUTAN

III. EROSI DI MANA-MANA

IV. PENDANGKALAN SUNGAI

V. MUSIBAH BANJIR

VI. PENDERITAAN MASYARAKAT



b)      Umum-Khusus

1.      Umum  – khusus : Hal besar diperinci ke  hal- hal yang lebih kecil atau bagian-bagiannya. Misalnya uraian tentang Indonesia, lalu  suku-suku dan kebudayaannya.

2.      Khusus  – Umum : Sebaliknya.

Contoh b :

Topik: Pendidikan

Tujuan: Untuk mengetahui pendidikan di masyarakat

Tema: Pendidikan di masyarakat

I.   PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT SECARA UMUM

II.  PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT PERKOTAAN

III. PENDIDIKAN DI MASYARAKAT PEDESAAN

IV. PENDIDIKAN PADA GENERASI MUDA

c)      Sebab-Akibat

1.       Sebab ke  akibat : masalah utama sebagai sebab, diikuti perincian akan akibat-akibat yang mungkin  terjadi. Misal ; penulisan sejarah, berbagai  persoalan sosial : kerusakan hutan, perubahan  cuaca global.

2.      Akibat ke  sebab : masalah tertentu sebagai akibat, diikuti perincian sebab-sebab yang  menimbulkannya. Misal : Krisis multidimensi di  Indonesia.

Contoh c :

Topik:  Premanisme di Jakarta

I. PERTUMBUHAN EKONOMI YANG TERSENDAT

II. INDUSTRI TUTUP KARENA BAHAN BAKAR LANGKA

III. LAPANGAN KERJA MENCIUT

IV. MENCARI UANG DENGAN CARA MUDAH



d)     Proses

Dimulai  dari penyajian masalah sampai penulisan kesimpulan  umum atau solusi.

 Contoh: Banjir di Jakarta,  penyebabnya dan alternatif penyelesaiannya.

Sistem Penomoran pada Kerangka Karangan

Ada dua cara :

1. Sistem Campuran Huruf dan Angka.

I  . Angka Romawi Besar untuk BAB

    A. Huruf Romawi Besar untuk Sub Bab

        1. Angka Arab besar

          a. Huruf Romawi Kecil

          i. Angka Romawi Kecil

          (a) Huruf Romawi Kecil Berkurung

          (1) Angka Arab Berkurung

Contoh 1 :

I.   Pendahuluan

II.  Tingkat Ekonomi dan Fertilitas di Indonesia

     A.  Bukti-Bukti dari Sensus 2000

     B.  Bukti-Bukti dari Survei Fertilitas-Mortalitas 1995

     C.  Studi Kasus di Lampung

         1. Pengukuran Fertilitas

         2. Penyebab Perbedaan fertilitas

             a. Retaknya Perkawinan

             b. Abstinensi Setelah Melahirkan

             c. Perbedaan Fekunditas

III. Kesimpulan



2. Sistem Angka Arab (dengan digit).

1.

1.1

1.1.1

1.1.1.1

2.

2.1

2.1.1

dst.

Contoh 2 :

1.  Pendahuluan

2.  Tingkat Ekonomi dan Fertilitas di Indonesia

    2.1. Bukti-Bukti dari Sensus 2000

    2.2. Bukti-Bukti dari Survei Fertilitas-Mortalitas 1995

    2.3. Studi Kasus di Lampung

          2.3.1. Pengukuran Fertilitas

          2.3.2. Penyebab Perbedaan fertilitas

             2.3.2.1. Retaknya Perkawinan

             2.3.2.2. Abstinensi Setelah Melahirkan

             2.3.2.3. Perbedaan Fekunditas

3. Kesimpulan



E.      Langkah-Langkah Menyusun Kerangka Karangan

Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan, berikut langkah-langkahnya, antara lain :

1.  Menentukan tema dan judul

Sebelum anda mau melangkah, pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan? lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis. Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema. Namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :

a.  Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.

b.  Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.

c. Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.

Terkadang memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat diatas. Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya bisa memakainya.Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah satu caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.



2.  Mengumpulkan bahan

Setelah punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan. Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya.



3.  Menyeleksi bahan

Setelah ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya :

a. Catat hal penting semampunya.

b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.

c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.



4.  Membuat kerangka

Ada 2 macam karangan yaitu karangan yang bersifat fiksi dan karangan yang bersifat nonfiksi. Fiksi lebih kearah khayalan sedangkan nonfiksi lebih ke arah kejadian nyata (benar-benar terjadi). Penulisan karya tulis merupakan salah satu contoh karangan nonfiksi karena kejadiannya yang benar-benar dialami, atau dikerjakan. Sedangkan karangan fiksi contoh nyatanya adalah cerita pendek yang terkadang berupa cerita yang tidak mungkin terjadi. Bekal ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? Perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :

a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan2 yang timbul).

b. Mengatur urutan gagasan.

c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.

d. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap

Merangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir)



5.  Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. Pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.





Sumber :